Mereka Juga Guru
Sore itu hujan cukup deras. Sayup-sayup terdengar suara
anak-anak yang sedang bermain peran. Beberapa diantara mereka menjadi penjaga
perpustakaan, yang lain sebagai pengunjungnya. Perbincangan yang muncul
diantara anak-anak itu sangat menarik untuk diperhatikan. Mereka membicarakan
tentang hobi membaca buku cerita, perlunya membaca buku ilmu pengetahuan hingga
berdebat tentang siapa yang pertamakali membuat buku.
Di lain waktu, anak-anak yang sama menenteng karung besar
berjalan diantara ribuan orang. Ketika yang lain hanya sekedar berjalan,
anak-anak itu nampak sibuk mengambil sampah-sampah yang berserakan. Kali ini
mereka tidak sedang bermain peran menjadi pemulung. Anak-anak itu menyebut aksi
mereka sebagai gerakan pungut sampah atau disingkat GPS.
Mereka adalah anak-anak sanggar belajar “sregep sinau”. Kegiatan
yang mereka lakukan merupakan hasil dari pembelajaran yang diadakan didalam
sanggar. Anak-anak itu setiap sore berada di sanggar untuk mengaji, bermain dan
belajar. mereka kini jarang menonton televisi diwaktu maghrib hingga jam
setengah Sembilan malam. Di sela-sela waktu belajar, sebagian diantara mereka
nampak berkejaran, kadang terdengar juga tangisan karena pertengkaran yang
terjadi diantara mereka. Namun semua hal itu ternyata tetap bernilai
pembelajaran. Mereka belajar berkomunikasi, belajar menyelesaikan masalah dan
belajar bersosialisasi. Sesuatu yang tidak akan mereka dapatkan ketika hanya
duduk menonton televisi di rumah.
Lalu siapa guru mereka ?
Sanggar belajar Sregep Sinau dijalankan oleh beberapa guru.
Sanggar ini diampu dan diperuntukkan untuk anak-anak satu dusun, walaupun ada
juga yang berasal dari luar dusun. Guru-guru disini dipanggil dengan mas dan
mbak. Hal itu menggambarkan keakraban yang sangat erat antara guru dan murid.
Maka tidak mengherankan jika kadang ada anak yang belajar sambil bergelantungan
di pundak sang guru.
Guru-guru ini memang tidak dikenal sebagai guru, bahkan
sebagian diantaranya merupakan petani yang bergelut dengan sawah setiap hari. Tentu saja ia
tidak punya NUPTK, juga belum pernah membuat RPP. Mereka adalah sosok-sosok
guru yang tidak pernah berharap imbalan atas kerja yang mereka lakukan. Namun bukan
berarti mereka bekerja tanpa tuntutan. Kadang ada saja orangtua yang komplain
ketika mereka terlambat datang. Namun selalu mereka jawab dengan senyuman dan
rangkulan untuk anak-anak yang menunggunya.
Sanggar belajar Sregep Sinau hanyalah salahsatu contoh dari
upaya sadar beberapa orang yang berupaya untuk menyumbangkan dirinya bagi
kemajuan bangsa. Masih banyak komunitas sejenis yang dijalankan oleh berbagai
pihak. Mereka semua adalah guru, walaupun tidak tercatat sebagai guru. Mereka
juga tidak merasa menjadi bagian dari perayaan hari guru yang diperingati
setiap tanggal 25 November. Sebab mereka terlalu sungkan disebut sebagai guru,
padahal setiap hal yang diajarkan oleh mereka begitu lekat dalam diri para
siswanya.
Selamat Hari Guru untuk seluruh Guru, baik Guru yang
terdaftar maupun Guru yang tidak pernah tercatat sebagai guru. Sumbangsih para
guru akan menentukan arah bangsa ini. Ketulusan Guru akan menjadi inspirasi
bagi generasi penerus untuk bersikap amanah dalam setiap tanggungjawab yang
diembannya. Semangat para guru akan menjadi dorongan yang kuat bagi setiap anak
bangsa untuk berani mengarungi hidup dengan perjuangan dan tidak mudah menyerah
ketika mendapatkan masalah. Selamat Hari Guru 25 November 2016. Terimakasih
para Guruku.
Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo, penggiat belajar
Tags : Pendidikan
anantiyo
Pencari Inspirasi
Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .
- anantiyo
- M Anantiyo Widodo
- anantiyo_widodo
- anantiyo.widodo@gmail.com
- Anantiyo Widodo
Guru bak pelita penerang dlm dunia,, kami pintar krnamu,, slamat hari guru..
BalasHapus