Rabu, 16 November 2016

Mereka Juga Guru

Sore itu hujan cukup deras. Sayup-sayup terdengar suara anak-anak yang sedang bermain peran. Beberapa diantara mereka menjadi penjaga perpustakaan, yang lain sebagai pengunjungnya. Perbincangan yang muncul diantara anak-anak itu sangat menarik untuk diperhatikan. Mereka membicarakan tentang hobi membaca buku cerita, perlunya membaca buku ilmu pengetahuan hingga berdebat tentang siapa yang pertamakali membuat buku.

Di lain waktu, anak-anak yang sama menenteng karung besar berjalan diantara ribuan orang. Ketika yang lain hanya sekedar berjalan, anak-anak itu nampak sibuk mengambil sampah-sampah yang berserakan. Kali ini mereka tidak sedang bermain peran menjadi pemulung. Anak-anak itu menyebut aksi mereka sebagai gerakan pungut sampah atau disingkat GPS.

Mereka adalah anak-anak sanggar belajar “sregep sinau”. Kegiatan yang mereka lakukan merupakan hasil dari pembelajaran yang diadakan didalam sanggar. Anak-anak itu setiap sore berada di sanggar untuk mengaji, bermain dan belajar. mereka kini jarang menonton televisi diwaktu maghrib hingga jam setengah Sembilan malam. Di sela-sela waktu belajar, sebagian diantara mereka nampak berkejaran, kadang terdengar juga tangisan karena pertengkaran yang terjadi diantara mereka. Namun semua hal itu ternyata tetap bernilai pembelajaran. Mereka belajar berkomunikasi, belajar menyelesaikan masalah dan belajar bersosialisasi. Sesuatu yang tidak akan mereka dapatkan ketika hanya duduk menonton televisi di rumah.

Lalu siapa guru mereka ?

Sanggar belajar Sregep Sinau dijalankan oleh beberapa guru. Sanggar ini diampu dan diperuntukkan untuk anak-anak satu dusun, walaupun ada juga yang berasal dari luar dusun. Guru-guru disini dipanggil dengan mas dan mbak. Hal itu menggambarkan keakraban yang sangat erat antara guru dan murid. Maka tidak mengherankan jika kadang ada anak yang belajar sambil bergelantungan di pundak sang guru.

Guru-guru ini memang tidak dikenal sebagai guru, bahkan sebagian diantaranya merupakan petani yang bergelut dengan sawah setiap hari. Tentu saja ia tidak punya NUPTK, juga belum pernah membuat RPP. Mereka adalah sosok-sosok guru yang tidak pernah berharap imbalan atas kerja yang mereka lakukan. Namun bukan berarti mereka bekerja tanpa tuntutan. Kadang ada saja orangtua yang komplain ketika mereka terlambat datang. Namun selalu mereka jawab dengan senyuman dan rangkulan untuk anak-anak yang menunggunya.
Sanggar belajar Sregep Sinau hanyalah salahsatu contoh dari upaya sadar beberapa orang yang berupaya untuk menyumbangkan dirinya bagi kemajuan bangsa. Masih banyak komunitas sejenis yang dijalankan oleh berbagai pihak. Mereka semua adalah guru, walaupun tidak tercatat sebagai guru. Mereka juga tidak merasa menjadi bagian dari perayaan hari guru yang diperingati setiap tanggal 25 November. Sebab mereka terlalu sungkan disebut sebagai guru, padahal setiap hal yang diajarkan oleh mereka begitu lekat dalam diri para siswanya.

Selamat Hari Guru untuk seluruh Guru, baik Guru yang terdaftar maupun Guru yang tidak pernah tercatat sebagai guru. Sumbangsih para guru akan menentukan arah bangsa ini. Ketulusan Guru akan menjadi inspirasi bagi generasi penerus untuk bersikap amanah dalam setiap tanggungjawab yang diembannya. Semangat para guru akan menjadi dorongan yang kuat bagi setiap anak bangsa untuk berani mengarungi hidup dengan perjuangan dan tidak mudah menyerah ketika mendapatkan masalah. Selamat Hari Guru 25 November 2016. Terimakasih para Guruku.


Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo, penggiat belajar

Tags :

bm

anantiyo

Pencari Inspirasi

Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .

  • anantiyo
  • M Anantiyo Widodo
  • anantiyo_widodo
  • anantiyo.widodo@gmail.com
  • Anantiyo Widodo

1 Reviews:

  1. Guru bak pelita penerang dlm dunia,, kami pintar krnamu,, slamat hari guru..

    BalasHapus