Coretan Pena
Sekedar menyampaikan ide dan pendapat, yuk berikan tanggapan.
Minggu, 01 November 2020
Jumat, 22 Mei 2020
![](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM4AlpaejVz44PVQcP0qjkHZ0DycKTPIc3HqDsgyQYbI8OumNlQ6QzPQY4PtAaMrADod-SzEkxJRS3_O1dv_l2aQ186dK3dZpI-EMvUsqXekKBwhOgtsi7F-9W3RSWOg/s113/foto+profil+blog.png)
Khotbah Idul Fitri Singkat Saat Pandemi
Selasa, 12 Mei 2020
![](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM4AlpaejVz44PVQcP0qjkHZ0DycKTPIc3HqDsgyQYbI8OumNlQ6QzPQY4PtAaMrADod-SzEkxJRS3_O1dv_l2aQ186dK3dZpI-EMvUsqXekKBwhOgtsi7F-9W3RSWOg/s113/foto+profil+blog.png)
Merancang Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi Berlangsung
Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo / Pendiri Sanggar Belajar Sregep Sinau
Sudah satu setengah
bulan siswa melaksanakan pembelajaran jarak jauh dikarenakan pandemi Covid 19. Bermacam
metode dilakukan oleh setiap sekolah untuk memberikan layanan pendidikan bagi
siswanya yang berada di rumah.
Berbagai kendala atas
pembelajaran jarak jauh pun bermunculan. Terbatasnya kuota internet hingga
signal dan fasilitas smartphone yang harus bergantian antara anak dan orangtua
menjadikan pembelajaran jarak jauh tidak semudah rencana yang telah disusun
oleh sekolah.
Merujuk pada surat
edaran Menteri Pendidikan, kegiatan pembelajaran di rumah seharusnya lebih fokus
pada peningkatan kemampuan kecakapan hidup (lifeskill) sesuai minat masing
masing siswa. Itupun harus disesuaikan dengan kondisi yang dialami oleh siswa
dan keluarganya. Sehingga diharapkan tidak ada beban berlebih yang dialami oleh
siswa atau orangtua yang mendampingi belajar.
Maka
para guru memang kemudian dituntut untuk memberikan materi penugasan yang
menarik juga variatif agar tidak menyebabkan kebosanan. Tugas membuat karya
menggunakan barang bekas atau tugas memasak merupakan contoh penugasan yang
bisa dilakukan. Syaratnya adalah bebas menggunakan bahan apapun yang tersedia
di rumah dan boleh dikerjakan bersama anggota keluarga lainnya.
Pembelajaran
di rumah sebetulnya momentum yang tepat untuk membangun kepedulian siswa
terhadap lingkungan sekitar. Maka tugas yang diberikan perlu diarahkan kepada
pembentukan karakter peduli lingkungan. Saat mereka diminta membuat karya dari
barang bekas, sebetulnya mereka sedang dilatih untuk bisa memanfaatkan setiap
barang yang nampak tidak berguna menjadi barang bernilai. Ketika siswa
diberikan tugas untuk wawancara dengan orangtua, adik, kakak atau anggota
keluarga lainnya, mereka sedang dilatih untuk dapat berkomunikasi dengan baik
kepada keluarganya sehingga hubungan yang terjalin lebih dekat dan harmonis.
Tujuan semacam ini perlu dipastikan tercapai pada program pembelajaran di
rumah.
Kemudian guru juga
diharapkan dapat menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran berbasis online.
Penerapan aplikasi tersebut tentunya perlu disesuaikan dengan kondisi umum
siswa. Aplikasi yang biasa digunakan oleh siswa dalam kesehariaanya seperti
Youtube, Facebook atau Whatsapp bisa disulap menjadi sarana untuk pembelajaran.
Apalagi kemungkinan sebagian besar siswa setiap hari menggunakannya. Aplikasi
ini bisa dipadukan dengan google form, google clas room atau aplikasi lain yang
tersedia.
Whatsapp barangkali
menjadi aplikasi yang akan paling sering digunakan karena sudah menjadi sarana
keseharian untuk berkomunikasi, termasuk komunikasi antara guru dengan siswa
atau guru dengan orangtua siswa. Dalam memanfaatkan Whatsapp perlu disepakati
waktu antara guru dengan siswa (orangtua). Kesepakatan itu meliputi jam
pemberian tugas, tenggat waktu penugasan hingga konsultasi pembelajaran.
Fleksibilitas pengumpulan tugas harus diatur sesuai kondisi masing-masing
siswa.
Permasalahan yang
muncul seperti terbatasnya kuota internet atau penggunaan smartphone bergantian
perlu disikapi secara bijak. Barangkali perlu dibuatkan kesepakatan khusus
tentang batas waktu menyesuaikan dengan permasalahan yang muncul. Batas waktu
ini bisa dibuat secara umum atau khusus dengan siswa tertentu. Pentingnya
kesepakatan pemberian batas waktu adalah agar kedisiplinan dan tanggungjawab
siswa tetap terjaga.
Setiap kelas hendaknya
memang punya informasi yang jelas mengenai kemampuan masing-masing siswa untuk
menggunakan sarana internet dalam pembelajaran. Sehingga model yang dipakai
sesuai dengan kondisi umum yang terjadi di kelasnya. Misalnya jika ternyata
diketahui mayoritas siswa setiap hari memakai Facebook alangkah baiknya jika
dibuatkan grup Facebook beranggotakan seluruh siswa. Sehingga aktifitas online
yang dilakukan tidak terasa memberatkan karena sudah terbiasa. Demikian pula
untuk penggunaan Youtube. Apalagi beberapa penyedia layanan selluler memberikan
kuota unlimited khusus aplikasi tertentu. Hal ini tentunya juga akan lebih
meringankan orangtua siswa.
Lalu bagaimana dengan
siswa yang sama sekali tidak sanggup mengikuti pembelajaran online, misalnya
karena faktor ekonomi. Siswa dengan kondisi ini perlu dibuatkan daftar tugas
yang harus dikerjakan dalam batas periode tertentu. Tentunya tugas yang
diberikan tidak boleh memberatkan dan bisa dilaksanakan oleh siswa bersangkutan.
Kesepakatan dengan orangtua mutlak harus dilakukan.
Rabu, 06 Mei 2020
![](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM4AlpaejVz44PVQcP0qjkHZ0DycKTPIc3HqDsgyQYbI8OumNlQ6QzPQY4PtAaMrADod-SzEkxJRS3_O1dv_l2aQ186dK3dZpI-EMvUsqXekKBwhOgtsi7F-9W3RSWOg/s113/foto+profil+blog.png)
Desa, Benteng Pertahanan Menghadapi Pandemi
Pandemi COVID 19 memasuki babak baru berupa dampak ekonomi dan sosial bagi masyarakat. Pemerintah telah berupaya menekan dampak tersebut dengan berbagai kebijakan, misalnya gratis biaya listrik atau pemberian bantuan langsung tunai. Namun tentu tidak kemudian langsung menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi.
Dampak pandemi Covid 19 ini kemungkinan akan berbeda antara yang terjadi di Kota dan Desa. Merujuk dari berbagai berita, Kota memperlihatkan angka penularan yang lebih tinggi dibandingkan desa. Maka dampak ekonomi juga pasti lebih terasa. Sebab kebijakan yang dilakukan untuk mengurangi potensi penularan menjadi lebih ekstrim, semisal dengan diterapkannya PSBB.
Sedangkan desa cenderung lebih aman karena perumahan yang tidak sepadat kota. Begitupula interaksi antar manusia tidak seramai kota. Desa juga lebih aman atas ketersediaan pangan dibandingkan kota. Bahkan sebagian desa di Kabupaten Temanggung misalnya sedang memulai panen raya padi.
Namun bukan berarti desa tidak perlu dilindungi. Justru harus dipastikan bahwa desa benar benar dalam kondisi aman. Sebab desa adalah benteng pangan yang harus dipastikan mampu terus berproduksi.
Ancaman yang dihadapi desa berupa potensi penularan yang dibawa oleh orang yang datang dari kota, baik ia bermaksud mudik maupun keperluan lainnya. hal ini memang sulit dihindari. Bagaimanapun, terdapat warga yang akan memilih pulang kampung ke desa karena factor ekonomi, terkena PHK atau gulung tikarnya usaha.
Maka desa harus mempersiapkan model perlindungan yang tepat. Desa harus melakukan penjagaan optimal agar penularan tidak terjadi, namun tetap memanusiakan siapapun yang terpaksa pulang karena tidak bisa bertahan hidup di kota.
Setidaknya terdapat lima hal perlu dilakukan : pertama melakukan pendataan warga yang datang dengan menerapkan wajib lapor. Desa perlu membuat alur lapor kedatangan hingga penanganan pendatang. Setiap kedatangan harus tercatat dengan detail tentang biodata pendatang, asal kota, kendaraan yang digunakan serta keluarga yang didatangi. Hal ini untuk memudahkan penanganan saat terjadi sesuatu yang tidak diharapkan. Tentu saja proses ini harus disertai dengan SOP yang jelas untuk memberikan perlindungan kepada petugas dari desa.
Kedua Melakukan karantina sesuai protokol kesehatan, yaitu 14 hari. Karantina ini bisa dilakukan menggunakan lokasi khusus maupun di rumah sendiri dengan standar karantina yang jelas. Idealnya desa mempunyai rumah karantina khusus. Tentu saja kebutuhan untuk pengelolaan rumah karantina semacam ini akan cukup besar karena meliputi sarana tidur, MCK hingga konsumsi.
Jika tidak memungkinkan, bisa menerapkan karantina mandiri. Permasalahan karantina mandiri ada pada kedisiplinan pendatang dan keluarga. Maka untuk memastikan karantina berjalan baik, harus dibuatkan surat pernyataan kesediaan karantina, juga dibuatkan atribut khusus yang memperlihatkan bahwa didalam rumah sedang dilakukan karantina.
Ketiga melakukan edukasi terus menerus ke masyarakat. Kelemahan masyarakat desa adalah kurangnya kesadaran atas resiko penularan covid 19. Hal ini disebabkan kondisi masyarakat secara umum masih nampak normal. Masyarakat belum merasakan ancaman nyata dari covid 19. Walaupun arahan pemerintah untuk meniadakan pertemuan warga ditaati dengan cukup baik. Namun penerapan physical distancing nampaknya masih sulit dilakukan. Hal ini terkait budaya kebersamaan yang sudah sedemikian melekat pada masyarakat desa. Edukasi ini dapat dilakukan melalui berbagai media semacam poster, spanduk juga grup-grup media sosial yang ada di masyarakat.
Keempat menghidupkan kembali system pengamanan pangan tradisional yang sudah ada sejak lama, yaitu jimpitan beras dan lumbung padi. Kedua kegiatan tersebut dapat dikombinasikan dengan ronda malam untuk memastikan keamanan lingkungan. Hasil dari program ini selain untuk kebutuhan pangan warga terdampak juga bisa digunakan untuk keperluan konsumsi karantina agar lebih memastikan proses karantina dijalankan dengan baik.
Kelima mengadakan pola komunikasi yang efektif, baik ke bawah maupun keatas. Pola komunikasi ini meliputi koordinasi dengan RT, RW, Karangtaruna, tokoh juga ormas yang ada di masyarakat. Hal ini perlu dilakukan agar setiap kebijakan mendapatkan dukungan dan dapat dijalankan dengan maksimal. Selain itu, informasi juga akan lebih cepat sampai ke masyarakat.
Komunikasi dan koordinasi juga harus dilakukan ke atas, terutama ke gugus tugas kecamatan. Tujuannya adalah agar ada respon cepat saat terjadi permasalahan.
Dengan kuatnya desa maka akan lebih mempercepat proses recovery saat pandemi nanti berakhir. Tentu saja hal ini harus didukung dengan kebijakan yang tepat dari pemerintah. Disamping itu diperlukan pula kepedulian dari kalangan swasta, NGO serta dunia usaha. Desa merupakan harapan bagi bangsa ini untuk lebih cepat bangkit.
Sabtu, 02 Mei 2020
![](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM4AlpaejVz44PVQcP0qjkHZ0DycKTPIc3HqDsgyQYbI8OumNlQ6QzPQY4PtAaMrADod-SzEkxJRS3_O1dv_l2aQ186dK3dZpI-EMvUsqXekKBwhOgtsi7F-9W3RSWOg/s113/foto+profil+blog.png)
Ramadhan, Bulan Kemerdekaan
Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo
Jumat, 01 Mei 2020
![](http://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjM4AlpaejVz44PVQcP0qjkHZ0DycKTPIc3HqDsgyQYbI8OumNlQ6QzPQY4PtAaMrADod-SzEkxJRS3_O1dv_l2aQ186dK3dZpI-EMvUsqXekKBwhOgtsi7F-9W3RSWOg/s113/foto+profil+blog.png)