Kamis, 19 Mei 2016

Refleksi Hari Kebangkitan Nasional

Foto Oleh : Abi Farouq

Peringatan Hari Kebangkitan Nasional seharusnya dapat menggugah kita sebagai anak bangsa untuk kembali bangkit dari segala macam keterpurukan. Pada Hari Kebangkitan Nasional tahun ini, bangsa kita sudah sepantasnya bersedih, menyesal dan kecewa atas berbagai peristiwa yang terjadi pada beberapa bulan terakhir. Kekerasan seksual yang dilakukan oleh anak dibawah umur dan berstatus pelajar marak terjadi. Miris, geram, marah juga ketakutan kini membayangi kita semua. Siapapun yang paling bertanggungjawab terhadap hal ini, kita harus berani melakukan perubahan agar peristiwa yang sudah terjadi berhenti dan tidak terulang kembali ?

Sahabat sebangsa, setidaknya ada lima hal yang membuat pelajar kita mudah putus asa kemudian berani melakukan kejahatan untuk memuaskan diri mereka. Yang pertama, pelajar tidak punya visi hidup yang jelas. Banyak diantara pelajar kita yang tidak tahu kemana mereka akan berlabuh. Jangankan tujuan sebagai anak bangsa, tujuan yang akan mereka capai untuk diri mereka sendiri saja masih belum berhasil mereka temukan. Ibarat pendaki gunung yang tidak tahu jika harus sampai ke puncak, maka yang dilakukan hanya berjalan-jalan di kaki gunung saja.

Yang kedua, pelajar kehilangan alasan untuk hidup dan bertarung dengan masalah kehidupan. Banyak diantara mereka yang tidak mengerti kenapa harus bersekolah. Sudah begitu, yang mereka dapatkan disekolah adalah kebosanan, merasa bodoh dan kadang dianggap nakal. Ketika anak2 seperti ini bertemu dengan lingkungan yang membuat mereka nyaman, maka mereka akan lebih senang berada di lingkungan baru itu walaupun sebenarnya merusak.

Yang ketiga, pelajar tidak mengerti jalan mana yang harus mereka lalui untuk kehidupan yang lebih baik. Sebagian besar dari pelajar kita tidak mengerti bagaimana cara yang harus dilakukan agar dapat meraih keberhasilan. Alasan yang menjadikan pelajar memilih sekolah ataupun jurusan kadangkala sekedar ikut-ikutan, trend, bahkan sebagian hanya mengikuti gengsi atau perintah orantua. Maka banyak diantara pelajar tersebut yang kemudian menyesal karena telah memilih jalan yang keliru, jauh dari minat dan potensinya.

Yang keempat, pelajar tidak mampu mengenali diri mereka sendiri. Budaya imitasi, meniru gaya artis atau orang ternama kini menjadi wajar di tengah derasnya arus informasi. Namun sangat disayangkan, hal itu menyebabkan hilangnya jatidiri pelajar kita. Sebab, pelajar lebih fokus pada orang lain yang sebenarnya tidak mereka kenal dibandingkan pada diri mereka sendiri. Maka ketika ditanya potensi yang mereka punya, susah untuk menjawabnya, karena memang tidak mereka ketahui. Inilah yang menyebabkan pelajar mudah sekali untuk sekedar ikut-ikutan atau mereke menyebutnya dalam bahasa jawa ben lumrah kancane. Merayakan kelulusan dengan cat baju, pawai motor, bahkan pesta narkoba dengan enteng mereka lakukan.

Yang kelima, pelajar belum mampu melakukan evaluasi untuk perbaikan diri. Kenapa tersangka dalam kasus Yuyun tidak menunjukkan penyesalan ? karena diantara mereka tidak merasa bersalah. Dalam kasus semacam ini, kekuatan kelompok telah menghilangkan rasa simpati dan empati kepada orang lain diluar kelompok mereka. Sebenarnya banyak sekali kasus yang sering terlihat di sekitar kita. Anak-anak yang ngotot minta dibelikan sepeda motor, handphone mahal tanpa peduli pada kondisi orangtuanya adalah contoh nyata yang ada di lingkungan kita. Mereka lebih suka ketika bisa bergembira bersama teman-teman dalam kelompoknya, walaupun orangtuanya hidup dengan nestapa.

Lima penyebab ini hendaknya bisa kita antisipasi dengan baik. Pelajar yang punya visi hidup, mempunyai alasan yang kuat untuk meraih kesuksesan, mengetahui jalan yang harus mereka lalui, mengenali diri mereka sendiri, dan mampu mengevaluasi diri adalah lima hal yang harus bisa diwujudkan dalam pendidikan. Hari Kebangkitan Nasional yang berada di bulan Mei diawali dengan Hari Pendidikan Nasional yang seakan ingin memberikan penegasan bahwa bangkitnya sebuah bangsa akan diawali dengan bangkitnya pendidikan. Berbagai kasus yang terjadi merupakan koreksi atas proses pendidikan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia. Namun kita bisa bangkit, dan insya Allah mampu bangkit seandainya kita bersungguh-sungguh untuk itu. Jayalah NKRI, Bangkit Indonesiaku, Selamat Hari Kebangkitan Nasional tahun 2016.

Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo
Kepala SMP IT Cahaya Insani, Sekretaris Yayasan Fi Ahsani Taqwim, Penggagas Taman Baca, Komunitas Baca dan Sanggar Belajar Sregep Sinau, Direktur Refresh Training and Consulting Institute, Relawan Inspirasi RZ.

Tags :

bm

anantiyo

Pencari Inspirasi

Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .

  • anantiyo
  • M Anantiyo Widodo
  • anantiyo_widodo
  • anantiyo.widodo@gmail.com
  • Anantiyo Widodo

1 Reviews:

  1. Betul Mas Burhan, hubungan kita dengan Alloh pasti akan berpengaruh... terimakasih masukannya

    BalasHapus