Senin, 09 November 2015

Mengembalikan Makna Pelajaran Sejarah (Tulisan 1)

   Bagi anak muda saat ini, pahlawan hanyalah untuk dihafalkan namanya. Jika mendengar nama Jenderal Besar Soedirman, maka yang ada di benak sebagian besar anak muda terutama pelajar adalah bahwa nama beliau bagian dari pelajaran sejarah. Betul, bahwa beliau disebutkan namanya dalam pelajaran dan siswa harus paham peranan beliau dalam perjuangan merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Namun yang sangat disayangkan, nama dan gelar pahlawan bangsa hanyalah diingat untuk sekedar bisa menjawab soal dalam berbagai ujian.
     Sosok pahlawan, harusnya bisa membuat kita bangga dengannya. Namun, kebanggan anak bangsa terhadap para pahlawan bangsa sangat memprihatinkan. Apakah jasa mereka terlalu kecil sehingga putra bangsa tidak lagi merasa takjub dengan perjuangan yang telah dilakukan ? tentu bukan karena itu.
     Kisah pahlawan bangsa kini hanyalah sekedar bagian dari mata pelajaran yang harus dihafalkan, jika salah dalam menjawab soal maka nilai menjadi taruhannya. Adakah yang salah ? pelajaran sejarah sangat penting untuk diajarkan, bahkan menjadi sebuah keharusan untuk memperkuat jatidiri bangsa. Namun jika muatan sejarah hanya sekedar untuk dihafalkan, maka nilai pokoknya akan hilang. Seharusnya pelajaran sejarah mampu memberikan motivasi untuk berkarya, membangun komitmen untuk meneruskan perjuangan dan menambah kecintaan pada bangsa dan negara.
  Beberapa koreksi yang perlu dilakukan adalah mengenai materi sejarah dan metode pembelajarannya. Materi sejarah yang terdapat dalam buku pelajaran kurang memberikan penekanan pada nilai-nilai substansial terhadap bangunan sejarah yang seharusnya lebih diutamakan. Siswa dibiarkan mengalami kesulitan untuk menghafalkan urutan peristiwa, tanggal dan pelaku. Akibatnya pelajaran sejarah menjadi sangat membosankan. Seharusnya pelajaran sejarah berasal dari inti pesan yang akan disampaikan, baru kemudian dibuatkan alur cerita yang menarik dan biarkan siswa menikmati cerita itu tanpa tekanan untuk harus dihafalkan.
     Peristiwa perang Diponegoro menjadi contoh yang menarik untuk dicermati. Ketika siswa ditanya mengenai penyebab perang Diponegoro, mayoritas akan menjawab karena makam leluhur Pangeran Diponegoro akan dijadikan jalan oleh Belanda. Tentu saja hal itu akan mengkerdilkan perjuangan Pangeran Diponegoro melawan penjajahan Belanda, sebab perlawanan yang dilakukan hanyalah sekedar urusan keluarga. Padahal, masalah jalan hanyalah akibat dari pertentangan Pangeran Diponegoro yang begitu sengit terhadap Belanda. Inti cerita mengenai perlawanan heroik yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro dan pasukannya hingga dikhianati oleh Belanda dalam sebuah upaya perjanjian tidak terlalu nampak. Apalagi siswa lebih fokus menghafal tahun terjadinya perang Diponegoro dibandingkan dengan memahami nilai perjuangan yang ada didalamnya.
      Guru sejarah memang harus bisa merancang cerita, lengkap dengan bumbu-bumbu penyedapnya. Dalam menceritakan kekalahan Napoleon Bonaparte yang kemudian mengakhiri petualangannya mengalahkan bangsa-bangsa di Eropa, Agung Pribadi memberikan judul dalam salahsatu bab di bukunya “Napoleon kalah gara-gara Indonesia”. Lho kok bisa ?. Napoleon Bonaparte, seorang kaisar Perancis yang haus kekuasaan mengalami kekalahan telak ketika berperang di wilayah bernama Waterloo, Belgia. Penyebabnya adalah karena kondisi cuaca yang jauh dari perkiraan Napoleon. Usut-punya usut, perubahan cuaca yang mengakibatkan hujan sangat deras hingga salju yang berlangsung aneh karena tidak sesuai waktu biasanya, terjadi akibat letusan gunung Tambora di Pulau Sumbawa, Indonesia. Letusan gunung yang tercatat sebagai letusan terhebat sepanjang sejarah manusia itu, mengeluarkan abu vulkanik yang begitu banyak sehingga menyebabkan langit tertutup dan mempengaruhi iklim dunia.
     Disamping materi dan metode, dalam situasi saat ini informasi dari media juga sangat dominan dalam mempengaruhi  pendapat masyarakat, termasuk siswa. Maka dalam pembelajaran sejarah, juga membutuhkan peran media yang maksimal. Perlu diciptakan situasi yang mampu membawa emosi siswa masuk dalam arena sejarah. Ketika menceritakan peristiwa proklamasi akan sangat terasa jika disertai dengan suara latar pembacaan teks proklamasi, begitupula dengan peristiwa lainnya.

     Sosok pahlawan harus dapat digambarkan dengan baik sebagai wujud peneguhan eksistensi bangsa kedepan. Selamat hari pahlawan, 10 Nopember 2015. Semoga akan terlahir pahlawan-pahlawan baru dalam berbagai perannya. Amin  

M Anantiyo Widodo, SE
(Guru IPS / Kepala SMP IT Cahaya Insani)

Tags :

bm

anantiyo

Pencari Inspirasi

Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .

  • anantiyo
  • M Anantiyo Widodo
  • anantiyo_widodo
  • anantiyo.widodo@gmail.com
  • Anantiyo Widodo

Posting Komentar