Jumat, 28 Februari 2014

Keadilan itu berawal dari pikiran kita


Allah berfirman dalam Al-quran: "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang menegakan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap satu kaum, mendorong untuk kamu berbuat tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan". (Al-Maidah [5] : 8)

Dalam kitab suci Al-Quran digunakan beberapa istilah yang digunakan untuk mengungkapkan makna keadilan. Lafad-lafad tersebut jumlahnya banyak dan berulang-ulang. Diantaranya lafad "al-adl" dalam Al-quran dalam berbagai bentuk terulang sebanyak 35 kali. Lafad "al-qisth" terulang sebanyak 24 kali. Lafad "al-wajnu" terulang sebanyak 23 kali. Dan lafad "al-wasth" sebanyak 5 kali (Muhamad Fu`ad Abdul Bagi dalam Mu`jam Mupathos Lialfaadhil Qur`an).

Keadilan menjadi sebuah harapan yang sangat ingin diwujudkan, namun seringkali pula keadilan menjadi mudah disisihkan hanya karena ego, amarah dan kepentingan lain. Padahal tanpa sebuah keadilan mustahil masyarakat yang majemuk semacam di Indonesia bisa berdampingan dengan baik.

Banyak sekali kasus yang terjadi di negara kita yang mencontohkan begitu susahnya mendapatkan keadilan. Barangkali kita bisa mengingat kasus Prita Mulyasari yang begitu heboh hingga muncul gerakan koin untuk prita. Atau kasus Nenek Minah yang dipenjara karena dituduh mencuri 3 biji kakao.

Terlepas dari itu semua, tidak mungkin keadilan bisa terwujud hanya dengan melakukan tudingan kepada lembaga peradilan semacam kepolisian, kejaksaan, Kehakiman dan lainnya. Jika kita contohkan kasus sederhana proses tilang karena pelanggaran lalu lintas, banyak kejadian menunjukkan bahwa pelanggarlah yang lebih dulu berinisiatif untuk melakukan suap. Hal itu menjelaskan bahwa sebagian produk tindakan hukum yang melenceng melibatkan oknum masyarakat terlebih dahulu disamping oknum petugas.

Sebenarnya setiap orang selalu berhadapan pada pilihan antara berbuat adil atau tidak. Setiap diantara kita pasti akan selalu memberikan penilaian atas orang lain baik itu keluarga dekat, teman bahkan orang yang sebenarnya tidak kita kenal. Secara tidak langsung walaupun baru sebatas pikiran sesungguhnya kita telah mengambil keputusan tentang bagaimana kita menilai orang lain itu. Kadang kita berbuat tidak adil dengan terus menerus membenci seseorang walaupun dia berulang kali berbuat baik dan tetap bersama orang lain sementara ia selalu merugikan kita.

Maka keadilan itu akan terwujud mulai dari cara berfikir kita mengenai orang lain, pekerjaan dan segala aktifitas yang kita lakukan. Tentu kita harus yakin jika kita telah berbuat adil maka keadilan itu akan melindungi kita atas ijin Alloh SWT.

Oleh : Muhamad Anantiyo Widodo, SE (Sekretaris GEMA Keadilan Kabupaten Temanggung) / lihat profil

Tags :

bm

anantiyo

Pencari Inspirasi

Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .

  • anantiyo
  • M Anantiyo Widodo
  • anantiyo_widodo
  • anantiyo.widodo@gmail.com
  • Anantiyo Widodo

Posting Komentar