Minggu, 23 Februari 2014

Jika Ingin Menang


Dentuman meriam dan letupan senapan terdengar begitu garang. Dibalas dengan Pekik takbir yang membahana dimana-mana. Hanya dengan berbekal sebilah bambu tetap berani menyongsong peluru. Seandainya tidak ada upaya negoisasi, bambu-bambu itu pasti telah menusuk perut musuhnya. Begitulah perang di Surabaya terjadi pada tanggal 10 November 1945. Untuk pertama kalinya di penjuru bumi usai perang dunia ke 2, pasukan sekutu yang telah memenangkan perang mengalami kekalahan dan terpaksa mengambil gencatan senjata.


Tentu sejarah itu tidak bisa dilupakan oleh Bangsa Indonesia. Kemenangan tidak harus diperoleh pihak yang kuat dalam persenjataan atau unggul dalam jumlah. Namun dalam peristiwa 10 November, kemenangan itu datang dari keyakinan sebuah perjuangan, ketulusan untuk mempertahankan kemerdekaan dan semangat yang berlipat untuk meraih arti kemenangan. Mereka adalah kader pejuang yang tidak kenal upah perang, sebab mereka tahu bahwa perjuangan itu adalah sebuah kewajiban, bukan sekedar untuk kehidupan yang lebih baik, namun untuk memenangkan cita-cita dan ide besar tentang Indonesia.

Dalam berbagai medan perjuangan manusia akan diuji tentang keyakinan dan kesungguhannya. Dalam perang badar, Rasulullah SAW mampu memenangkan perang walaupun jumlah musuhnya tiga kali lipat lebih banyak. Namun di perang uhud, kemenangan itu mesti tertunda karena pasukan munafik yang berkhianat dan pasukan muslimin yang goyah karena ghonimah (harta rampasan perang). Di perang-perang selanjutnya, Rasulullah SAW dan pasukannya selalu meraih kemenangan walaupun berhadapan dengan jumlah musuh yang tidak masuk akal sebagaimana perang yarmuk dimana pasukan Islam menghadapi seratus ribu orang hanya dengan kekuatan tiga ribu pasukan.

Alloh SWT pun mengabadikan sebuah peristiwa penting dalam Al Quran yang harus menjadi pelajaran (QS. Al Baqoroh 249 – 251). Saat menuju medan perang, pasukan Talut hanya diijinkan meminum satu teguk saja di sungai yang mereka lewati padahal mereka semua dalam keadaan haus. Pasukan itupun akhirnya tinggal sedikit karena yang lain tidak kuat menahan nafsu sehingga meminum air sungai itu hingga puas. Namun pasukan yang sedikit itu justru menang melawan pasukan yang banyak, terlatih dan kuat. Kuncinya adalah keyakinan dan kesungguhan. Bekal sedikit yang dilambangkan dengan seteguk air itupun mampu menjadi modal yang kuat untuk menang, sedangkan yang minum sampai puas justru tidak mampu melanjutkan perjuangan.

Sahabat sekalian, tentu kita ingin meraih kemenangan dalam kehidupan kita. Tentukan cita-cita besar yang ingin diraih, yakinlah bahwa Alloh SWT telah memberikan kekuatan yang istimewa pada kita walaupun kondisi kita barangkali jauh dari kecukupan menurut akal kita sendiri. Dengan kesungguhan dan keyakinan, Insya Alloh kemenangan itu akan mampu kita raih. Sebab setiap orang dilahirkan untuk menjadi pemenang, namun banyak sekali orang yang tidak merasakan kemenangan itu walaupun sebenarnya sudah diraihnya karena tiadanya kesyukuran. Wallohu alam bi showab.

Oleh : M Anantiyo Widodo (Direktur REFRESH Training and Consulting Institute) / lihat profil

Tags :

bm

anantiyo

Pencari Inspirasi

Hikmah atau inspirasi adalah kekayaan yang menghidupkan akal, memperkuat insting kebijakan, dan mengkaryakan bakat .

  • anantiyo
  • M Anantiyo Widodo
  • anantiyo_widodo
  • anantiyo.widodo@gmail.com
  • Anantiyo Widodo

2 Reviews:

  1. Keren ustadz, kapan bukunya terbit..?amin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masih belum selesai bukunya... insya Alloh tahun depan semoga sudah terbit buku perdana... mohon doa dan suportnya

      Hapus